STASIUN DEMAK : DULU BERJAYA, KINI MERANA

STASIUN DEMAK : DULU BERJAYA, KINI MERANA
"Bagian Depan Stasiun Demak di tahun 2020. (Sumber : Arsip Pribadi Nalindra Railfans)"

"Kota Demak, dulunya merupakan Kota yang cukup besar. Bukan hanya Jumlah Penduduknya, tapi Hasil Tani nya juga Besar. Pada Jaman dulu, Kota Demak juga merupakan Tempat Ibukota dari Kesultanan Demak yang didirikan oleh Raden Patah dan diprakarsai oleh Walisongo pada tahun 1479 M. Kesultanan Demak pernah mencapai puncak Kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Trenggana pada rentang tahun 1521-1546 M. Namun, setelah Sultan Trenggana wafat, Kesultanan Demak menjadi Porak Poranda. Atas Hal tersebut, Jaka Tingkir kemudian memindahkan Kesultanan Demak ke Pajang. Itu merupakan Sejarah Singkat Kota Demak pada zaman Kesultanan. Sekarang, Penulis akan Menyampaikan Bagaimana Kondisi Kota Demak pada masa Hindia-Belanda sampai pernah dilewati Jalur Kereta Api dan menjadi Kota Pemasok Barang dan Penumpang Terbesar di Pantura. Yuk Mari Kita Simak!".
"Stasiun Demak pada tahun 1975. (Sumber : Perpustakaan Nasional)"

"Pada masa akhir abad ke 19, Perusahaan Kereta Api Samarang-Joana Stoomtram Maschapitj (SJS) sedang membuat Jalur Trem yang menghubungkan Antara Stasiun Central (Jurnatan SJS) dengan Stasiun Demak pada 1882-1883. Jalur tersebut membentang sepanjang 24 KM (Jurnatan - Genuk, 6 KM) dan (Genuk - Demak, 18 KM). Kedua Jalur tersebut mulai dioperasikan pada 2 Juli 1883 (Jurnatan - Genuk) dan 27 September 1883 (Genuk - Demak). Stasiun Demak sendiri bukan bangunan yang bisa kita Saksikan Hari ini. Namun, Bangunan Stasiun Demak yang lama berada di dekat Alun-Alun dan Pasar Bintoro. Bangunan Stasiun Demak yang lama dibuka pada 27 September 1883 bersamaan dengan pembukaan Jalur Trem Jurnatan - Demak. Stasiun Demak Lama berbentuk Bangunan Sederhana dengan Ruang Tunggu dan Ruang Kepala Stasiun. Tidak Jauh dari situ, Ada Bangunan Gudang. Karena memang Stasiun Demak bukan hanya beroperasi mengangkut Penumpang, namun juga Mengangkut Barang. Pada tahun 1888, SJS memperpanjang Jalur dari Stasiun Demak ke Purwodadi yang bercabang di Kadilangu."

"Selama Kurang lebih 20 Tahun, ternyata Antusiasme Penumpang untuk menaiki Kereta Api di Kota Demak meningkat Cukup Signifikan. Meningkat Kurang lebih 2 kali Lipat. Bahkan, di Stasiun Demak total pernah ada 14 Kereta dengan tujuan ke Jurnatan, Purwodadi, Kudus, sampai Lasem yang terparkir di Demak. Sehingga banyak Armada Kereta yang Delay dan banyak Penumpang yang terlantar. Dengan segala Keruwetan tersebut, SJS kemudian membuat Gagasan untuk membuat Stasiun Demak yang baru, yang lokasinya disebelah selatan Pusat Kota. Dan Gagasan tersebut disetujui dan Pembangunan Stasiun Demak yang baru mulai dikerjakan pada 1914, sekaligus merelokasi Jalur Trem yang melewati Stasiun Demak Lama. Namun, Pembangunan Harus terhenti pada 1915 karena adanya Perang, dan dilanjutkan kembali pada 1919 sampai selesai pada 1921. Stasiun Demak yang baru mulai diresmikan pada 27 April 1921 dengan Perayaan yang Megah dan Mewah. Bangunan Stasiun Demak yang baru terkesan lebih besar dengan Adanya Ruang Tunggu yang luas, Ruang Kepala Stasiun, Loket, Gudang Stasiun Demak, Menara Air, Peron Berkanopi, Hingga Depo Lokomotif. Nah, Stasiun Demak yang Baru inilah yang bisa kita Saksikan hingga Hari ini."
"Bagian Peron Kanopi Stasiun Demak pada 1976. Kini, Bagian Kanopi tersebut sudah dipindah ke Stasiun Pemalang. (Sumber : Wikipedia)"

"Stasiun Demak yang Baru terdiri dari 7 Jalur, Jalur 1 digunakan sebagai Tempat Langsir, Jalur 2 merupakan Sepur Lurus dan digunakan sebagai Tempat Berhentinya Kereta arah Kudus-Semarang, Jalur 3 digunakan sebagai Tempat Berhentinya Kereta arah Semarang-Kudus, Jalur 4 digunakan sebagai Tempat Berhentinya Kereta Arah Purwodadi. Sementara, Jalur 5,6, dan 7 digunakan sebagai Jalur Simpan dan Jalur ke Depo Lokomotif. Pada masa Setelah Kemerdekaan, Perusahaan "Djawatan Kereta Api" (DKA) membuat Tingkatan Stasiun berdasarkan Kapasitas dan Luas Bangunan. Stasiun Demak berada di Tingkatan ketiga (Stasiun Besar Kelas III) per tahun 1954. Stasiun Demak pada saat itu merupakan Pemasok Barang dan Penumpang Terbesar di Pantura atau Sepanjang Jalur Jurnatan - Lasem. Namun, pada tahun 1986, Stasiun Demak dan beberapa Stasiun di Jalur Jurnatan - Lasem terpaksa ditutup karena kalah saing dengan Angkutan Darat Lainnya seperti Bus, yang tentu Lebih Cepat dan Nyaman. Atas Hal tersebut, Bangunan Stasiun Demak jadi Terbengkalai dan ditinggalkan. Sampai pada tahun 1997, DLLAJR mengizinkan untuk mencabut Rel di Sepanjang Jalur Jurnatan - Lasem, termasuk Stasiun Demak. Jadi setelah dicabut, Stasiun Demak hanya tinggal Bangunan Utama, Peron Kanopi, Menara Air, serta Gudang Barang. Depo Lokomotifnya sudah dirobohkan pada awal 1990an."
"Bagian Bangunan Stasiun Demak yang dulunya merupakan Bagian Peron Kanopi (Sumber : Arsip Pribadi Nalindra Railfans)"

"Pada tahun 2008, Bagian Kanopi di Stasiun Demak mulai dipindahkan ke Stasiun Pemalang dan dirakit ulang disana. Jadi, jika Anda pergi menggunakan Kereta Api dan datang di Stasiun Pemalang, coba lihat Kanopinya, dulunya adalah bekas Kanopi Stasiun Demak. Bangunan Stasiun Demak sempat direnovasi pada tahun 2006 dan dialihfungsikan menjadi "Cafe Angkasa". Namun semenjak Pandemi, Cafe ini mulai tidak beroperasi, dan Bangunan Stasiun Demak mulai ditinggalkan kembali. Stasiun Demak juga merupakan Benda Cagar Budaya dan Aset milik PT. KAI. Setelah Anda membaca Ulasan tersebut, Pembaca jadi tahu bahwa Stasiun Demak yang dulu berjaya sebagai Pemasok Barang dan Penumpang di Kota Demak dan Pantura, kini nasibnya merana dan ditinggalkan. Sebagai Orang Demak Asli, Penulis berharap agar PT. KAI segera mereaktivasi Stasiun Demak dan Jalur Kereta Api Semarang-Rembang. Bagaimanapun Caranya, Daerah Pantura butuh Angkutan Moda Transportasi berbasis Rel untuk mengangkut Barang dan Penumpang ke Daerah Lain."


Created by : Nalindra Wangsa J

Komentar