TRAGEDI RATUJAYA 1993 : KECELAKAAN KERETA API TERPARAH KEDUA DALAM SEJARAH PERKERETAAPIAN DI INDONESIA
TRAGEDI RATUJAYA 1993 : KECELAKAAN KERETA API TERPARAH KEDUA DALAM SEJARAH PERKERETAAPIAN DI INDONESIA
"Kecelakaan kereta api tentu adalah hal yang paling kita hindari dan tidak akan terjadi. Menurut data yang dikeluarkan oleh KNKT, bahwa ada sekitar mungkin ratusan Kecelakaan Kereta Api yang telah terjadi di Indonesia yang tercatat dalam KNKT. Salah satu Kecelakaan kereta api yang tercatat sebagai Kecelakaan Kereta Api Terparah kedua dalam sejarah perkeretaapian di Indonesia setelah Tragedi Bintaro 1987. Kejadian tersebut dikenal dengan sebutan Tragedi Kecelakaan Kereta Api Ratujaya pada 1993 silam. Dimana kecelakaan tersebut, melibatkan 2 Kereta Api yang saling adu banteng di daerah Ratujaya, Depok. Di blog kali ini, penulis akan sekiranya menceritakan ulang kisah kelam ini. Semoga dengan kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi di kemudian hari. Untuk kisah lengkapnya, mari kita simak ulasan berikut!."
Kronologi Kejadian
"Salah satu Kereta Api yang terkena musibah Ratu Jaya. KRL Rheostatik Mild Steel. (Sumber : Wikipedia)"
"Kejadian berawal pada tanggal 2 November 1993 pada pagi hari. Disaat itu, di Stasiun Depok Lama, terdapat rangkaian KRL 520 Rheostatik Mild Steel dengan Stamformasi 8 Gerbong relasi Jakarta Kota - Bogor sedang menunggu untuk diberangkatkan dari Stasiun Depok Lama. Sementara itu, di Stasiun Citayam terdapat KRL 531 Rheostatik Stainless Steel dengan Stamformasi 8 Gerbong relasi Bogor - Jakarta Kota yang sarat penumpang juga sedang dipersiapkan untuk berangkat dari Stasiun Citayam. Kejadian bermula pada adanya misskomunikasi antara PPKA Stasiun Depok Lama dan Stasiun Citayam. Disaat itu, PPKA Stasiun Depok Lama tidak mengabari PPKA Stasiun Citayam bahwa KRL 520 sudah diberangkatkan dari Stasiun Depok Lama tanpa mengabarkan PPKA Stasiun Citayam. PPKA Citayam kemudian merespon dengan tegas bahwa KRL 531 Rheostatik Stainless Steel juga sudah diberangkatkan menuju ke arah Stasiun Depok Lama. Mendengar hal tersebut, kedua PPKA langsung keringat dingin mengingat apa yang akan terjadi setelahnya. Masinis dan Penumpang dari KRL 520 dan KRL 531 juga tidak saling menyadari bahwa maut akan menjemput mereka di Tikungan Ratujaya. Singkat cerita, KRL 520 dan KRL 531 pada akhirnya bertemu di daerah Ratujaya. Kedua kereta melaju dengan kecepatan konstan dan saling bertemu. Pada akhirnya, kedua kereta tersebut bertabrakan di Tikungan Ratujaya, Depok pada pukul 07:25 WIB. Pada saat kecelakaan terjadi, kedua rangkaian terdepan dari KRL 520 Rheostatik Mild Steel sampai terangkat ke atas dan terbelah jadi dua dan 4 rangkaian di belakang sampai menindih rangkaian didepannya. Dan pada saat itu KRL 520 tidak banyak penumpang (nyaris kosong). Sementara, KRL 531 Rheostatik Stainless Steel yang sarat akan penumpang mengalami Anjlok di bagian depan dan penumpang yang berada di KRL 531 pada tertindih dan terpental ke depan dan banyak dari mereka yang tidak sadarkan diri. Kerusakan yang terjadi di KRL 531 cenderung lebih ringan daripada KRL 520 karena hanya mengalami kerusakan pada ruang masinis dan Rangkaian terdepan."
Pasca Kecelakaan
"Potret Pasca Kecelakaan di Ratujaya. Terlihat Gerbong KRL 520 Rheostatik Mild Steel yang sampai terangkat ke atas dan terbelah jadi dua. (Sumber : Depok Tren)"
"Pasca terjadinya tumburan, sontak daerah Ratujaya mulai dipadati oleh masyarakat yang menyaksikan kejadian tersebut. Ada salah satu saksi seorang warga yang tinggal di dekat wilayah Ratujaya tersebut. Ia mengaku bahwa pada saat kecelakaan terjadi, suaranya seperti ada bom meledak. Sontak ia lari ke sumber suara dan mendapati bahwa suara yang diduga bom tersebut adalah sebuah Kecelakaan Kereta Api. Pihak berwajib juga harus susah payah mengangkat dan memisahkan kedua rangkaian kereta. Sampai akhirnya pada sore hari, kedua rangkaian tersebut bisa dipisahkan. Setelah kedua rangkaian tersebut berhasil dipisahkan, terlihat pemandangan yang sungguh mengerikan. Banyak mayat bergelimpangan di TKP dan banyak penumpang yang mengalami luka-luka dan segera dibawa ke Rumah Sakit Depok. Diantara beberapa mayat tersebut, terdapat ada mayat yang diduga adalah Masinis KA 520 yang tertindih dan terjepit di Rangkaian KA 520 yang terangkat sehingga tubuhnya sudah tidak utuh lagi. Pasca Kecelakaan, Investigasi mulai dilakukan dan menetapkan PPKA Stasiun Depok Lama dan Stasiun Citayam terbukti bersalah atas adanya Kecelakaan tersebut. Dimana penyebabnya, disebabkan karena adanya Misskomunikasi diantara mereka berdua. Kedua PPKA tersebut diberi sanksi hukuman 3 tahun penjara. Atas kejadian ini, total ada 20 Orang yang tewas dan 100 orang luka-luka. Kejadian ini akhirnya juga dikenal dengan nama "Tragedi Ratujaya 1993". Yang dimana kejadian tersebut merupakan Kecelakaan Kereta Api terparah kedua di Indonesia setelah Tragedi Bintaro 1987 dalam segi jumlah banyaknya korban yang tewas dalam kejadian tersebut."
Ratujaya sekarang
"KRL yang sedang melintas di wilayah Ratujaya (Petak : Stasiun Depok - Stasiun Citayam). Sumber : (Okezone Megapolitan)"
"Setelah terjadinya Kecelakaan Ratujaya, Pemerintah kemudian membangun dan mengoperasikan Jalur Ganda antara Manggarai - Bogor pada akhir 90an. Sebelumnya, Jalur Kereta Api antara Manggarai - Bogor masih Single Track / Jalur Tunggal. Sehingga masih menggunakan metode Persilangan antar Kereta Api di Stasiun. Kini, di Ratujaya sudah tidak ada lagi Kecelakaan yang terjadi di wilayah situ. Jadi, Kecelakaan Kereta Api Ratujaya di tahun 1993 tersebut adalah kedua kalinya terjadi di wilayah Ratujaya tersebut. Sebelumya pada 1968, di wilayah Ratujaya juga pernah terjadi peristiwa serupa dengan tahun 1993 yang jumlah korbannya juga tidak jauh beda dengan Tragedi Ratujaya 1993. Pasca kejadian tahun 1993, wilayah Ratujaya sudah tidak terdengar lagi kabar terjadinya musibah di wilayah tersebut. Semoga dari kejadian ini, para korban dari musibah ini semoga diterima di sisinya. Amin."
Created by : Nalindra Wangsa J
Komentar
Posting Komentar